Laman

Tuesday, May 8, 2012

Terorisme di Indonesia


Terorisme Di Indonesia
Tugas ini disusun gna memenuhi tugas mata kuliah ISBD yang diampu oleh ibu:
Y.CH.NANY S.,M.Si.

Di susun oleh:


Nama  : Misbachun Aji Santosa
NIM     : 11308141038
Prodi    : Biologi

 
 





PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011

ABSTRAK
Terorisme adalah serangan serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak selalu tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil. Tindakan ini dilakukan dengan cara melakukan pengeboman atau bom bunuh diri oleh suatu kelompok tertentu.
Kelompok terorisme internasional yang sangat terkenal adalah Al-Qaeda yang berasal dari Afganistan dengan pimpinan Osama bin Laden. Jaringan teroris ini sangat lah terkenal dan merupakan sasaran amerika serikat. Namun pada kenyataanya bahwa amerika lah yang membentu jaringan Al-Qaeda ini guna menghancurkan dan mengalahkan Uni Soviet. Namun sekarang ini kelompok ini berbalikmenyerang Amerika dan menjadi musuh dari Amerika itu sendiri. Dan amerika menjadikan ini sebagai alat untuk menfitnah orang orang muslim bahwa agama islam itu adalah agama para teroris.
Di Indonesia ideologi terorisme juga masuk dengan cara yang tersenbunyi dan berhasil mengobrak-abrik Indonesia. Semua warga Indonesia di buat takut oleh tindakan terorisme bahkan pemerintahpun kewalahan dalam menangani aksi ini. Meskipun sekarang banyak dari tokohtokoh yang paling berpengaruh dalam tindakan teror ini telah banyak yang ditangkap dan dihukum mati namun jaringan ini tetap hidup dan berkembang. Orang yang paling berpengaruh dalam aksi teror di Indonesia adalah Dr. Azahari dan Nurdin M. Top, meskipun kedu orang ini telah ditangkap dalam keadaan mati tetapi para anggota dari jaringan ini tetap terus melakukan regenerasi sebagai penerus kedua orang itu yaitu Dr. Azahari dan Nurdin M. Top.
   
           
DAFTAR ISI
JUDUL                          ............................................................................................ 1
ABSTRAK                     ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI                  ............................................................................................ 3
PENDAHULUAN           ............................................................................................ 4
PEMBAHASAN             ............................................................................................ 7
PENUTUP                     .......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA       .......................................................................................... 16
A.    PENDAHULUAN
Terorisme adalah serangan serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Istilah teroris oleh para ahli kontra terorisme dikatakan merujuk kepada para pelaku yang tidak tergantung dalam angkatan bersenjata yang dikenal atau tidak menuruti peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa serangan-serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi, dan oleh karena itu para pelakunya layak mendapatkan pembalasan yang kejam.
Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh kata teroris dan terorisme, para teroris umumnya menyebut diri mereka sebagai separatis, pejuang pembebasan, pasukan perang salib, militan, mujahidin, dan lain-lain. Tetapi dalam pembenaran dimata teroris, makna sebenarnya dari jihad, mujahidin adalah jauh dari tindakan terorisme yang menyerang penduduk sipil padahal tidak terlibat dalam perang. Dan terorisme sendiri sering tampil dengan mengatasnamakan agama.
Selain oleh pelaku individual, terorisme bisa dilakukan oleh negara atau dikenal dengan terorisme negara (state terorism). Misalnya seperti dikemukakan oleh Noam Chomsky yang menyebut Amerika Serikat ke dalam kategori itu. Persoalan standar ganda selalu mewarnai berbagai penyebutan yang awalnya bermula dari Barat. Seperti ketika Amerika Serikat banyak menyebut teroris terhadap berbagai kelompok di dunia, di sisi lain liputan media menunjukkan fakta bahwa Amerika Serikat melakukan tindakan terorisme yang mengerikan hingga melanggar konvensi yang telah disepakati.
Awal dari pergerakan dari terorisme di Indonesia saat ini adalah berasal dari dataran Asia Tengah dari daerah Afganistan, Irak, dan Iran. Pergerakan itu bermula dari ideologi gerakan salafisme (wahabi) yang selalu mengalami perkembangan berdasarkan perubahan kondisi sosio-politik dan perselingkuhanya dengan derasnya arus globalisasi. Puncaknya, ideologi ini mengubah wajahnya menjadi salafis jihadis. Menurut Ulil Absar Abdalah, adalah salah jika kita menganggap jihad ofensif semata-mata sebagai produk modernitas dan merupakan pelencengan terhadap makna jihad yang diajarkan Nabi. Nabi betul-betul mengajarkan jihad. Ada dua macam jihad yang diajarkan Nabi, pertama jihad defensif atau jihad untuk mempertahankan diri dari serangan non-muslim atau pembelaan diri, kedua adalah jihad ofensif atau jihad memerangi atau menyerang non muslim, perang Khandak adalah contoh kongkritnya.
Di Indonesia, ideologi tersebut diserap oleh organisasi militan DI/TII yang kemudian semakin radikal dengan bergabungnya beberapa mantan pejuang muslim di Afganistan. Sepulangnya ke Indonesia, mereka meneruskan jihadnya di negerinya sendiri dengan berbekal pengalaman jihad dan ideologi yang mereka pegang dengan mantap. Kemudian mereka mendapat sokongan dari organisasi jihadis radikal Internasional seperti Jamaah Islamiyah dan al-Qaeda. Aksi pertama mereka adalah bom natal tahun 2000 yang kemudian disusul dengan Bom Bali 1, dan kemudian aksi paling baru adalah bom JW Marriot-Ritz Carlton, 2009.
Kelompok teroris ini dipimpin oleh Dr. Azahari  seorang kebangsaan Malaysia dia adalah seorang yang ahli dalam perakitan bom, selain Dr. Azahari juga ada Noordin M. Top yang juga ahli dalam perencaan dan perekrutan anggota. Selain mereka berdua kelompok ini juga di bantu oleh beberapa anggota yang sangat berpengalaman dan terlatih dalam hal aksi teror antara lain adalah Ibrohim, Amrozi bin H. Nurhasyim, Ali Ghufron alias Mukhlas, Imam Samudera Yusron, dan lain-lain. Adapun tokoh dari Jamaah Islamiyah yang juga disebut sebagai dalang di semua aksi teror selama ini adalah K. Abu Bakar Bashir seorang pemuka agama dan juga pimpinan suatu pondok pesantren di solo.
Abu Bakar Bashir disebut-sebut sebagai dalang itu semua dan juga yang melakukan pencarian dana ke Al-Qaeda. Dia sempat ditahan oleh Polri, namun dibebaskan dan pada bulan yang sama saat dia dibebaskan tiga bom meledak sekaligus di Bali. Kejadian peledakan bom di bali itu mengakibatkan 202 orang korban jiwa yang sebagian besar adalah turis.
Sampai saat ini aksi teror ini masih terus terjadi, meskipun para pelaku utama dari gerakan ini sudah tertangkap dan mendapat hukuman mati. Tetapi mereka terus melakukan perekrutan dengan alasan untuk melakukan jihad, cara yang dilakukan dengan melakukan cuci otak. Para korbanya akan terus diberikan sugesti dan akan melakukan  apapun yang mereka perintahkan. Selain itu juga para anggota ini nantinya akan dikirim ke Al-Qaeda untuk dilatih merakit bom dan berperang.
Banyak dari orang-orang yang tidak mengerti apa maksud dari tindakan teror ini. Apakah mereka hanya ingin membuat resah masyarakat Indonesia, ataukah untuk mengambil alih pemerintahan Indonesia untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Islam seperti yang dilakukan oleh DI/TII dulu. Namun banyak orang juga berpikiran bahwa ini hanyalah suatu permainan dari Amerika Serikat.
B.     PEMBAHASAN
Awal terbentuknya dari kelompok terorisme yang sangat meresahkan yaitu Al-Qaeda. Al-Qaeda adalah kelompok bentukan dari Amerika sendiri yang di tempatkan di Afganistan untuk memerangi Uni Soviet yang dilatih dan dibiayai oleh Central Intelligence Agency (CIA). Namun saat ini Amerika menganggap bahwa Al-Qaeda adalah jaringan teroris dunia setelah mereka menghancurkan menara kembar di WTC (World Trade Center) di New York, dan gedung Pentagon di Wasington D.C., hal itu digunakan Amerika sebagai alasan untuk membombardirkan negara Afganistan.
Selain Afganistan Amerika juga menghancurkan Irak dengan alasan bahwa Irak memiliki dan mengembangkan senjata pemusnah masal dan mendukung gerakan Al-Qaeda dalam penyerangan pada 11 september 2001 lalu. Lalu presiden Bush melaporkan , "The British government has learned that Saddam Husein recently sought significant quantities of uranium from Africa" (Pemerintah Inggris telah berhasil mengetahui bahwa Saddam Hussein baru-baru ini telah mengusahakan untuk mendapatkan sejumlah besar uranium dari Afrika). Enam belas poin itu digunakan Bush untuk mendapatkan persetujuan dari kongres Amerika untuk menjajah Irak. Dan ternyata semua kabar yang disampaika oleh presiden bush ini adalah kabar palsu atau kabar yang sengaja di palsukan.
Banyak orang yang tidak percaya bahwa kejadian yang menimpa gedung kembar WTC dan gedung Pentagon adalah tindakan dari Al-Qaeda. Mereka yang tidak percaya menganggap kejadian di WTC adalah tindakan dari Amerika sendiri untuk melakukan fitnah terhadap Al-Qaeda dan orang islam.
Dari lembaga resmi militer Amerika Serikat, The Armed Forces Institute of Pathology (AFIP), berdasarkan hasil pemeriksaan mereka atas daftar manifes penumpang pesawat, yang konon "dibajak oleh 19 orang teroris Arab", dan dari hasil otopsi pada tanggal 16 Nopember 2001 terhadap 189 korban para penumpang pesawat, ternyata baik dari daftar manifes penumpang maupun dari otopsi jenazah para korban, AFIP menyatakan tidak menemukan satu pun nama orang Arab, atau jenazah orang Arab. Satu-satunya yang ada kaitannya dengan orang Arab, mereka adalah kambing-hitam pemerintah Amerika Serikat. Cerita tentang 19 orang "teroris Islam" Al-Qaidah yang oleh intelijen Amerika Serikat disebut-sebut berhasil menyusup dan menguasai pesawat dan menghunjamkannya ke gedung-kembar WTC itu, kini seluruhnya ternyata cerita isapan jempol, yang digunakan untuk menghasut kecurigaan terhadap kaum muslimin sedunia tanpa kecuali, termasuk terhadap kaum muslimin di Indonesia. Para analis yang meneliti kasus peristiwa serangan dan hancurnya gedung kembar WTC itu mencurigai pesawat-pesawat nahas itu kemungkinan dikemudikan dengan alat 'remote control' dan diledakkan secara otomatis dengan alat yang memang telah terpasang pada setiap pesawat komersial oleh aparat keamanan penerbangan federal sebagai tindakan berjaga-jaga menghadapi kemungkinan kontinjensi bilamana sewaktu-waktu pesawat dibajak.
Dan serangan terhadap gedung-kembar WTC di New York dan gedung Pentagon di Washington DC., melibatkan "orang dalam", yang mencakup personel angkatan udara Amerika Serikat, Pentagon, CIA, dan Mossad. Bersamaan dengan itu para ahli demolisi Amerika juga menengarai gedung WTC New York tersebut tidak mungkin akan runtuh sedemikian rapi tanpa merusak gedung-gedung di sekitarnya sebagaimana dinyatakan oleh pemerintah Amerika Serikat, yaitu disebabkan oleh tabrakan pesawat. Bila hanya oleh tabrakan pesawat, para ahli demolisi itu menyimpulkan gedung-kembar WTC itu sebagian masih akan tersisa, meskipun mereka mempercayai gedung-kembar berlantai 110 setinggi 415 meter itu telah didesain dan dibangun oleh para arsitek Minoru Yamasaki, John Skilling, dan Leslie Robertson sebagai bangunan tahan gempa, tahan tornado, dan diilhami novel Tom Clancy yang mengisahkan hancurnya sebuah gedung pencakar langit karena ditabrak oleh sebuah pesawat teroris, maka ketiga arsitek kondang itu mendesain gedung-kembar WTC juga tahan tabrakan pesawat.
Menurut para ahli demolisi itu, cara runtuhnya dan habisnya gedung-kembar WTC itu memperlihatkan ciri-ciri, apa yang mereka sebut 'controlled demolition' dari dalam, oleh orang-orang yang paham benar tentang konstruksi bangunan WTC, dengan memakai teknik yang digunakan untuk menghancurkan gedung-gedung tua tanpa perlu membahayakan lingkungan di sekitarnya. Gedung Pentagon yang konon disebut-sebut ditabrak pesawat Boeing 767 juga tidak memperlihatkan adanya puing-puing pesawat, atau isi perut pesawat yang berserakan berupa barang-barang penumpang dan sebagainya sebagaimana layaknya bila ada pesawat yang jatuh. Pendek kata, semua itu dalam bahasa Amerika, cerita tentang ulah teroris Arab.
Hal demikianlah yang membuat orang bertanya-tanya apakah kejadian teror yang terjadi di dunia ini adalah murni dari pihak Al-Qaeda sendiri ataukah hanya permainan politik yang dilakukan oleh Amerika untuk memperkuat kedudukanya di Dunia ini. Namun entah siapa yang teah merancang skenario teror ini telah berdampak kepada ketakutan yang dialami oleh seluruh umat manusia di dunia. Termasuk juga aksi teror yang terjadi di Indonesia yang telah membunuh banyak orang yang tak berdosa.
Perjalanan para teroris islam di Indonesia yang dilakukan oleh para militan.
1999-2001 – Pertempuran berdarah antara umat Muslim dan umat Kristiani di daerah Timur Indonesia yang menelan sampai 9,000 korban. Peristiwa ini menarik prajurit-prajurit Al-Qaeda dari Timur Tengah dan Eropa dan menyebabkan meningkatnya anggota Jemaah Islamiyah.
Oktober 2002 – Pemuka agama Abu Bakar Bashir, pimpinan Jemaah Islamiyah dan seorang pendakwah yang berapi-api. Tak lama kemudian dia dibebaskan. Pada bulan yang sama tiga bom meledak di Bali, menelan 202 korban jiwa yang sebagian besar adalah turis, 88 diantaranya asal Australia. Menurut keterangan polisi serangan ini didanai oleh Al-Qaeda.
Agustus 2003 – Bom bunuh diri meledak di lobby Hotel JW Marriott di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, menewaskan 12 orang dan melukai 150 korban lainnya. Semua korban merupakan warga Negara Indonesia kecuali seorang pengusaha Belanda, seorang warga Denmark, dan dua turis Cina. Hotel yang terasosiasi dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat tersebut ditutup selama 5 minggu.
September 2004 – Sebuah bom bunuh diri meledak di depan Kedutaan Besar Australia Jakarta menewaskan 11 orang dan mengakibatkan 200 luka-luka. Ledakan berasal dari sebuah mobil boks Daihatsu berisi bahan peledak seberat satu ton. Ledakan juga melukai tiga diplomat Kedutaan Besar Yunani yang berada di lantai 12 dari gedung dihadapannya serta kerusakan pada Kedutaan Besar RRC yang masih berlokasi disekitar area ledakan pada saat itu. Getaran dari ledakan terasa dalam radius 500 meter, menyebabkan pecahnya kaca-kaca jendela yang berakibat pada banyaknya pegawai yang terluka. Yang termasuk dalam korban jiwa adalah satpam kedubes Australia Anton Sujarwo, empat orang polisi Indonesia, dan warga sipil lainnya diantaranya tukang kebun kedubes Suryadi, dua pegawai kedutaan, seorang tamu bagian visa, dan seorang pejalan kaki yang secara naas berada didekat ledakan. Kejadian ini merupakan serangan ketiga dengan sasaran warga Australia, setelah bom Bali dan bom Marriott. Sebuah sms peringatan diterima oleh aparat Indonesia 45 menit sebelum kejadian, yang mengancam akan terjadi lebih banyak serangan jika pemimpin Jemaah Islamiyah, Abu Bakar Bashir, tidak segera dibebaskan.
Oktober 2005 – Serangan bom bunuh diri menelan 20 korban jiwa di sebuah restoran di Bali. Serangan tersebut terjadi di tiga tempat, satu di Raja Restaurant di sebuah pertokoan di Kuta Town Square, dan dua lagi di sepanjang pantai Jimbaran di dekat hotel Four Seasons. Polisi juga menemukan tiga bom lagi di seputaran Jimbaran yang belum sempat meledak setelah pihak berwenang menonaktifkan jaringan telepon seluler yang diduga digunakan para teroris untuk meledakkan bom dari jauh. Peristiwa tersebut terjadi di hari dimana Indonesia memotong subsidi BBM hingga menyebabkan kenaikan sebesar 675%, dan dua hari menjelang Ramadan. Serangan tersebut direncanakan sedemikian rupa hingga bertepatan dengan musim liburan Australia, dimana diperkirakan 7,500 warga Negara Australia sedang berkunjung di Bali.
November 2005 – Ahli bom Azahari bin Husin terbunuh dalam sidak polisi di Jawa. Husin, seorang insinyur dengan gelar PhD hasil studi di Australia, merupakan seorang teroris Muslim asal Malaysia, yang dipercaya merupakan dalang dari bom Bali 2002 dan serangan teroris Jemaah Islamiyah lainnya. Diduga Husin terlibat langsung dalam perencanaan dan juga pelaksanaan bom Marriott 2003, bom kedutaan Australia 2004, serta bom Bali 2005. Buronan pimpinan militant Noordin M Top, terlihat dalam rekaman video tak lama setelahnya dengan ancaman akan adanya lebih banyak serangan. Husin terkait erat dengan mantan kepala operasional Jemaah Islamiyah Riduan Isamuddin, yang lebih dikenal sebagai Hambali, yang tertangkap di Thailand tahun 2003.
Juni 2007 – Aparat menahan pemimpin kelompok teroris Jemaah Islamiyah, seorang militant yang terlatih di Afganistan bernama Abu Dujana alias Yusron Mahmudi, bersama tujuh orang militant lainnya. Dujana merupakan salah satu anggota penting dalam organisasi tersebut dan telah berada dalam tampuk pimpinan sejak tahun 2000. Sepak terjang Dujana dimulai dari gerakan bawah tanah Darul Islam, yang kemudian dikirim untuk melanjutkan studi di Pakistan pada tahun 1986, dimana dia bergabung dengan mujahidin Afgan yang dipimpin oleh seorang warga Negara Indonesia bernama Zulkarnaen. Disana dia menerima pelatihan dibidang merakit bom dan menggunakan senjata api. Menurut pernyataan polisi, Dujana terbukti memiliki hubungan erat dengan petinggi-petinggi Al-Qaeda.
 November 2008 – Eksekusi tiga militant Islam yang bertanggung jawab atas pemboman di Bali yang menewaskan 202 orang. Ketiga militant tersebut adalah Amrozi bin H. Nurhasyim, Ali Ghufron alias Mukhlas, dan Imam Samudera, yang ditahan atas tuduhan terlibat dalam serangan bom 12 Oktober 2002 di Bali yang juga menyebabkan 209 korban luka-luka. Indonesia merupakan Negara yang damai, namun terorisme merupakan kejahatan yang ditindak keras. Terbukti dari dijatuhkannya vonis hukuman mati pada 5 dari 107 tersangka tindak terorisme sepanjang tahun 2008.
November 2008 – Eksekusi tiga militant Islam yang bertanggung jawab atas pemboman di Bali yang menewaskan 202 orang. Ketiga militant tersebut adalah Amrozi bin H. Nurhasyim, Ali Ghufron alias Mukhlas, dan Imam Samudera, yang ditahan atas tuduhan terlibat dalam serangan bom 12 Oktober 2002 di Bali yang juga menyebabkan 209 korban luka-luka. Indonesia merupakan Negara yang damai, namun terorisme merupakan kejahatan yang ditindak keras. Terbukti dari dijatuhkannya vonis hukuman mati pada 5 dari 107 tersangka tindak terorisme sepanjang tahun 2008.
Penanganan pengaruh jaringan terorisme internasional menjadi penting karena :
1. Terorisme adalah ideologi yang berbahaya, dapat mempengaruhi pandangan dan pola pikir masyarakat menjadi radikal.
2. Terorisme mengancam perdamaian dunia dan keselamatan manusia.
3. Dapat mengganggu kelancaran pembangunan bangsa Indonesia.
4. Pengaruh jaringan terorisme dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. diperlukan konsep yang tepat dalam mengatasi pengaruh paham berbahaya tersebut, yaitu suatu konsep yang mampu menjangkau sudut pandang, keyakinan dan pikiran manusia, karena terorisme adalah ideologi, yang keberadaannya terletak dalam pikiran manusia.
Namun demikian dengan memperhatikan tidak efektifnya penanganan pada saat ini dan faktor-faktor yang mempengaruhi maka dapat ditentukan cara penanganan, yang diharapkan mampu mengatasi ancaman terorisme secara efektif.
1. Operasi intelijen secara terpadu. Operasi intelijen digunakan untuk melakukan kegiatan dalam rangka cegah dini, di titik beratkan untuk mengetahui rencana aksi teror, sehingga memungkinkan dilakukannya tindakan pencegahan guna mengagalkan suatu aksi teror. Dengan demikian dapat dicegah terjadinya korban jiwa dan harta benda.  Untuk ini peran intelijen harus diefektifkan menggunakan   konsep  operasi  yang  dapat  memberikan  keleluasaan  bertindak, terkait dengan upaya mendeteksi rencana teroris, terutama pada tahap penanaman paham/pengaruh terorisme, guna memotong proses rekrutmen simpatisan. Dalam pelaksanaan tugasnya satuan intelijen harus dapat menindak lanjuti setiap informasi yang diperoleh dan harus dapat bekerja sama dengan satuan intelijen lain, guna membentuk suatu sistem terpadu dan berkesinambungan, sehingga tidak akan memberikan ruang bagi teroris untuk mengembangkan pengaruhnya.
2. Mengoptimalkan fungsi satuan teritorial. Dalam penanganan terorisme yang menitikberatkan pada tindakan preventif, maka seluruh komponen bangsa seyogyanya dilibatkan sesuai dengan fungsi dan perannya masing-masing. Dalam menggerakkan komponen-komponen bangsa tersebut diperlukan suatu fungsi yang mampu mendinamisasikan semua fungsi yang ada, agar berdaya guna dan berhasil guna. Fungsi satuan teritorial yang diberdayakan dengan tepat akan dapat memenuhi harapan tersebut.
3. Membuat landasan hukum bagi upaya penanganan terorisme. Mengupayakan adanya undang-undang anti terorisme sebagai landasan bertindak bagi semua komponen bangsa dalam mengatasi ancaman terorisme. Undang undang tersebut harus memberikan kemungkinan bagi upaya pencegahan dan memberikan pedoman hukum bagi tindakan aparat intelijen dalam melaksanakan fungsinya. Dalam kaitan dengan ini pemerintah dan DPR harus memiliki niat dan kesungguhan untuk mememberikan perlindungan kepada seluruh warga negara indonesia dari ancaman terorisme dan untuk ini pemerintah dan DPR sebagai lembaga negara bertanggung jawab dalam memberikan iklim yang kondusif bagi segala upaya yang berkaitan dengan penanganan terorisme di tanah air.
4. Meredam faktor korelasi terhadap perkembangan paham terorisme. Jaringan terorisme melakukan perekrutan simpatisan pendukung paham terorisme dengan memanfaatkan faktor korelasi, antara lain pertentangan/konflik dalam negeri, keadaan sosial ekonomi masyarakat, kebijakan pemerintah yang tidak memuaskan rakyat, kekecewaan dan instabilitas dibidang ideologi. Oleh karena itu, untuk mencegah perkembangan paham terorisme, maka faktor korelatif harus dieliminir agar tidak dapat dimanfaatkan oleh teroris. 
5. Mengembangkan faktor pendukung. Faktor pendukung yang dimaksud adalah semua faktor yang dapat mendukung terselenggaranya upaya mengatasi pengaruh paham terorisme. Faktor tersebut meliputi personel intelijen, peralatan canggih, instansi pemerintah, lembaga akademik dan lembaga kemasyaraktan. Dengan menggunakan teknologi dan kualitas sumber daya manusia yang memadai, akan sangat membantu keberhasilan upaya mengatasi pengaruh terorisme.
                               
C.     PENUTUP
Awal dari pergerakan terorisme di indonesia bermula dari keinginan untuk meruntuhkan kekuasaan Amerika terhadap dunia, dan juga rasa peeduli terhadap sesama kaum muslim yang saat ini dijajah oleh Amerika karena keinginan negara ini untuk mendapatkan sumber daya minyak yang melimpah. Dan juga karena pengaruh dari ideologi gerakan salafisme (wahabi) yang selalu mengalami perkembangan berdasarkan perubahan kondisi sosio-politik dan perselingkuhanya dengan derasnya arus globalisasi. Mereka yang selalu ingin memerangi semua agama yang diluar islam. Dan awal dari tujuan aksi teror ini adalah menghancurkan Amerika dan kroninya di negara barat, namun tujuan atau target teroris Indonesia saat ini adalah kepala negara mungkin karena mereka ingin membalas karena rekan-rekan mereka yang telah di eksekusi mati.
Aksi dari tindakan pengeboman ini pun mempunyai jeda waktu yang sangat lama bisa mencapai tahunan. Namun sekarang ini jeda untuk melakukan aksi teror hanya beberapa bulan saja, dan setelah tertangkapnya Noordin M.Top waktunya pun kembali lama.


No comments:

Post a Comment